Desa Kajar terletak di lereng gunung Kajar, salah satu bagian dari gunung lasem. Dari kota tua Lasem atau Jl. Pantura Lasem, Desa dengan sumber airnya itu berjarak kira-kira 4 km ke arah timur.
Desa Kajar mempunyai 4 peninggali Kerajaan Majapahit. Peninggalan itu berupa Batu Tapak Raja Majapahit (Hayam Wuruk) yang dikenal masyarakat desa sebagai Watu Tapak, Goa Tinatah, Batu Kursi Kajar dan Lingga Kajar (Prasasti) yang semuanya tersebar di sejumlah titik gunung Kajar.
Kisah dibalik peninggalan-peninggalan itu tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Lasem pada masa Kerajaan Majapahit. Berdasarkan laporan “Rekonstruksi” sejarah Kadipaten Lasem muncul setelahTribuwana Wijaya Tungga Dewi membentuk Dewan Pertimbangan Agung atau disebut Bathara Sapta Prabu pada 1351.
Salah satu Dewan Pertimbangan Agung adalah Dyah Duhitendu Dewi, adik kandung dari Hayam Wuruk. Setelah menikah dengan salah satu Dewan Pertimbangan Agung yang lain (Rajasa Wardana), Dewi Indu tinggal dan menjadi penguasa di Lasem dengan gelar Putri Indu Dewi Purnamawulan yang kemudian dikenal dengan nama Bhre Lasem.
Sejarawan Lasem ‘Slamet Wijaya’ mengatakan Lasem khususnya Desa Kajar salah satu daerah terpenting dari Kerajaan Majapahit. Desa Kajar merupakan memberikan pengetahuan kepada para Pejabat, Panglima, Prajurit Kerajaan Majapahit.
Kajar merupakan kependekan dari kata “ Ka” yang berarti kaweruh (pengetahuan) dan “Jar” yang berarti ajaran.
Bukan hal yang mengherankan jika pada 1354 Hayam Wuruk berkunjung ke Lasem dan Desa Kaja. Untuk mengenang kunjungan itu sekaligus sebagai prasasti tanda kekuasan daerah Majapahit, Bhre Lasem membuat ukir an telapak kaki Hayam Wuruk di sebuah batu andesit di lereng gunung Kajar. Hingga kini warga menyebut dengan Watu Tapak.
Peninggalan-peninggalan lain yaitu dua Goa Tinatah, Goa Tinatah pertama difungsikan sebagai tempat menyepi pejabat, panglima Majapahit, Goa ini hanya memuat satu orang saja. Goa Tinatah kedua difungsikan untuk prajurit yang dibawa pejabat/panglima untuk berjaga-jaga, goa ini memuat 15 orang.
Setelah menyepi untuk beberapa waktu di Goa Tinatah pejabat/panglima Majapahit itu disucikan dengan air Kajar dengan duduk di sebongkah batu yang mirip kursi. Warga kerap menyebut sebagai “Batu Kursi” (Watu Kursi)
Selain itu untuk menghargai untuk menghargai desa Kajar sebagai tempat yang membawa kesuburan desa lain karena banyak sumber airnya, Bhre Lasem membuat Lingga berhuruf palawa. Didekat lingga tersebut pada jaman batu terdapat mata air yang lebih dikenal dengan sebutan “Pancuran mbah Ponyo”. Karena perkembangan jaman dan pengaruh tangan-tangan manusia pancuran tersebut akhirnya menjadi sendang. Oleh salah satu sesepuh desa Kajar ‘Abdullah Sunarto” sendang tersebut diberi nama “Sendang Arum”
Pemimpin Pemerintahan Desa Kajar
No
|
Nama
|
Tahun Menjabat
|
Keterangan
|
1
|
SABIT
|
Tidak diketahui
|
Kepala Desa Kajar Pertama
|
2
|
MULYO KARJAN
|
Tidak diketahui
|
Kepala Desa Kajar Kedua
|
3
|
WINARSO
|
1982 s/d 1990
|
Kepala Desa Kajar Ketiga
|
4
|
WINARSO
|
1990 s/d 1998
|
Kepala Desa Kajar Keempat
|
5
|
SUNARTO
|
1998 s/d 2007
|
Kepala Desa Kajar Kelima
|
6
|
KASWADI
|
2007 s/d 2013
|
Kepala Desa Kajar Keenam
|
7
|
WIDAYAT
|
2013 s/d sekarang
|
Kepala Desa Kajar Ketujuh
|
Demikian selanyang pandang atau sejarah singkat Desa Kajar yang dapat kami sampaikan kepada para pegiat Medsos, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, terima kasih.